Bangunan ini entah bagaimana menjelaskannya
Saat pertama kali melihat Masjidil Haram dari jalan di dalam bis, saya ga bisa mengontrol senyum saya. Itu seperti ada jiwa yang bahagia sekali.
Saya menyebutnya PULANG
Saat masuk dan menemui bangunan ini, rasanya ‘freeze’. Jiwa saya terasa kosong kaku. Jangan2 badan saya saat itu kosong karena jiwa saya lari ke sana. Entahlah.
Banyak orang langsung menangis tak terdefinisikan tak beralasan. Saya tidak. Campuran antara senang, bahagia, terharu, termehek2 semua sepertinya jadi satu dan meresultankan rasa freeze. Tertegun.
Bila saya menyengajakan shalat dengan radiant cukup dekat dengannya
Saya merasa sel2 pembuluh darah dan jantung dan otak dan semua bergetar indah. Bukan keheningan raga tapi justru kehangatan membuncah terjadi di dalamnya. Ini tidak pernah saya alami di masjid manapun.
Rasanya seperti kita melihat orang lama yang begitu kita cintai. Rindu yang berakhir. Ingin memeluk dan tercipta rasa nyaman dan bahagia. Hangat dan tak ingin berakhir. Mungkin seperti itu saya mendefinisikan dengan diksi yang terbatas.
Pulang
Suatu saat kelak, saya akan pulang ke sana kembali insya Allah
Cukuplah untaian doa menjadi jembatan sementara menuju ke sana
Sumber gambar
Entah punya siapa